Mengenal Lebih Dekat dengan Bibendum, “Manusia Michelin” Yang Berusia Lebih dari 1 Abad

Di seluruh dunia, ketika melihat sosok putih seperti diatas bisa jadi semua orang langsung tahu dan menyebut “Michelin..!”. Tak heran sebab Bibendum (Bib) atau yang dikenal luas sebagai “Michelin Man” atau “Manusia Michelin” telah malang melintang selama 123 tahun. Bib lahir di tangan seorang seniman Perancis bernama Marius Rosillon (O’Galop). Dan kini telah menjadi wajah kesayangan merek Michelin sejak tahun 1898. Bibendum bahkan memiliki kategori berharga untuk penilaian restoran pada buku panduan Michelin, yaitu Bib Gourmand, yang dinamai sesuai nama maskot tersebut. Pada ulang tahun Bibendum ke 120 di tahun 2018 lalu, Michelin juga membuat sebuah pameran yang menampilkan petualangan Bibendum. Pameran ini diadakan di L’Aventure Michelin Museum di Clermont-Ferrand, Perancis selama 6 bulan.

“Tahun ini ulang tahun Bibendum diperingati dengan sederhana karena kita semua sedang dalam kondisi pandemi. Bibendum telah melewati sejarah panjang selama 123 tahun di seluruh dunia dan telah berevolusi hingga menjadi bentuknya yang sekarang. Sebagai sebuah brand, Bibendum adalah salah satu aset yang sangat kuat untuk Michelin. Bib dapat mempromosikan kegiatan dan layanannya,” kata Steven Vette, Presiden Direktur Michelin Indonesia.

Bibendum diilustrasikan seperti orang yang terdiri dari tumpukan ban putih. Maskot ini lahir dari imajinasi sang pendiri perusahaan, Édouard dan André Michelin. Kedua bersaudara yang sedang berada di sebuah pameran internasional di Lyon 1894, melihat tumpukan ban sepeda di depan stand mereka. Seakan melihat siluet seorang pria dari tumpukan ban, keduanya berkata: “Jika diberikan kaki dan tangan, tumpukan ban akan terlihat seperti manusia.”

Sebelum menjadi seperti sekarang, Bibendum pernah digambarkan bersama capung, menjadi pesulap, dan bahkan menikah. Sedangkan, warna putih yang menjadi dasar Bibendum digunakan karena pada saat itu semua ban hanya berwarna putih. Sampai pada awal abad ke-20, sekitar tahun 1912, karbon mulai ditambahkan ke karet yang digunakan sebagai bahan baku produksi ban. Ini bertujuan untuk tujuan keawetan dan penguatan.

Tampilan berbeda dari Bibendum di tahun 1898

Melanjutkan dari ide yang muncul sebelumnya, Édouard dan André Michelin kemudian meminta bantuan ilustrator Marius Rossillon. Ilustrator yang akrab dikenal sebagai O’Galop berusaha menghidupkan imajinasi mereka. Terinspirasi oleh salah satu gambar iklan yang menampilkan seorang pria gemuk mengangkat gelas bir, O’Galop mengganti objek peminum bir tersebut menjadi seorang pria yang terbuat dari ban. Gelas bir turut diganti menjadi piala berisi paku dan pecahan kaca. Ini untuk menunjukkan bahwa kedua benda tersebut bukanlah penghalang atau lawan dari ban Michelin. Hasilnya, Bibendum terlihat menyerupai sosok seperti mumi mengangkat gelas. Didalam iklannya turut diikuti kalimat “Nunc est bibendum!” (“Sudah waktunya untuk minum” dalam bahasa Latin).

Seperti kebanyakan manusia, Bibendum melewati beberapa fase kehidupan

Untuk lebih dekat dengan kehidupan manusia, Bibendum juga pernah digambarkan sebagai gladiator dan petinju yang menjadi tren olahraga pada saat itu. Pada awal tahun 1900-an, Bibendum pernah digambarkan membantu sebuah keluarga dengan ban kempes dengan menyumbangkan ban terbesar yang diambil dari bagian tengah badannya sendiri, dimana hal tersebut membuat badannya bolong dan menampilkan langit biru.

Menjadi ikon hidup yang menarik untuk media dan inspirasi untuk masyarakat

Michelin meluncurkan majalah perjalanan Italia pada tahun 1907 dan memberikan Bibendum kolom reguler untuk menulis pemikirannya. Selain itu, Bibendum juga tampil sebagai tamu dalam serial buku komik Perancis ternama, Asterix, sebagai pedagang roda kereta, dan membintangi film pendek animasi Perancis berdurasi 16 menit berjudul Logorama, yang memenangkan Oscar pada 2010. Tidak hanya menjadi ikon media dan animasi buku, di tahun 1900-an, Eileen Gray, seorang arsitek dan desainer furnitur Inggris-Irlandia ternama membuat kursi mewah dan nyaman yang dikenal sebagai kursi Bibendum, dimana karyanya masih diakui secara luas hingga saat ini sebagai salah satu desain furnitur abad ke-20 yang paling istimewa. Pada tahun 1986, sebuah restoran di London memberikan penghormatan kepada Bibendum. Saat ini, pengunjung tamu restoran tersebut masih disambut lantai mosaik yang menunjukkan gambar Bibendum memegang piala berisi mur dan baut, serta latar belakang jendela kaca patri yang dramatis menampikan Bibendum sebagai kickboxer dan pengendara sepeda yang mengisap cerutu.

Di Indonesia, Anda bisa melihat Bibendum pada setiap produk ban Michelin. Jika Anda berkesempatan berkunjung ke toko ban partner Michelin di berbagai kota di Indonesia, Anda juga bisa melihat replikasi Bibendum dengan. Bibendum juga kerap muncul dalam berbagai kegiatan Michelin, termasuk ‘nampang’ di bermacam cinderamata.

Bagikan Berita :