Milenial! Jangan Anggap Remeh Hipertensi, Terutama di Masa Pandemi Covid-19 Ini

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang harus tetap diwaspadai oleh banyak orang di dunia. Bahkan, di masa pandemi Covid-19 ini, Hipertensi termasuk salah satu komorbid terbesar yang mengakibatkan pasien meninggal dunia karena terpapar Covid-19. Hal ini disampaikan oleh dokter Badai Bhatara dalam acara Omron Virtual Media Briefing, Kamis, 3/6/2021. Acara yang juga bekerjasma dengan Yayasan Jantung Indonesia (YJI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) ini mengingatkan semua orang tentang bahaya hipertensi dan penyakit lanjutannya, terutama dalam memperingati hari Hipertensi Dunia yang jatuh pada 17 Mei kemarin.

Menurut Dr. Badai Bhatara Tiksnadi, SpJP, FIHA, Spesialis Jantung Dan Pembuluh Darah Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), hipertensi sering disebut “the silent killer” karena penyakit ini sering muncul tanpa keluhan. Penderita seringkali tidak tahu kalau dirinya mengidap hipertensi, tetapi kemudian mendapatkan dirinya sudah terdapat komplikasi dari hipertensi.

“Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik berada diatas atau sama dengan 140 mmHg, dan tekanan darah diastolik ada di atas atau sama dengan 90 mmHg. Saat ini total di seluruh dunia ada sekitar 1,3 miliar orang mengidap hipertensi. Di Indonesia sendiri menurut data Riskesdas 2013-2018, ada 34% orang dewasa di atas 18 tahun mengidap hipertensi,” kata Dr. Badai.

“Hipertensi jiuga harus diwaspadai oleh milenial, karena ada peningkatan dari 2013, dimana usia 24-34 tahun dari 14,5% di 2013, di tahun 2018 menjadi 20,13%. Oleh sebab itu diperlukan kesadaran untuk memeriksa tekanan darah secara rutin setiap harinya,” lanjut Dr. Badai.

Generasi milenial memang menjadi salah satu sorotan dalam kasus hipertensi. Hal ini tidak lepas dari gaya hidup milenial. Ada beberapa latar belakang mengapa milenial harus mewaspadai bahaya hipertensi ini, diantaranya adalah:

  • Gaya hidup yang tidak aktif
  • Stres
  • Kemajuan teknologi yang menyebabkan milenial sidikit untuk bergerak
  • Tekanan karena tuntutan pekerjaan
  • Kenyaataan bahwa 92% milenial memikirkan Covid-19 yang dapat mengganggu kesehatan mental mereka

Oleh sebab itu, gaya hidup yang sehat harus mulai dipikirkan oleh milenial untuk menjaga kesehatannya. Tidak ada kata terlambat untuk memulai gaya hidup sehat.

Peran Omron dalam Kampanye Bahaya Hipertensi, Terutama untuk Milenial

Gaya hidup milenial memang disorot para tenaga medis karena dapat meningkatkan risiko hipertensi. Apalagi ada peningkatan pengidap hipertensi dari kalangan milenial ini.

“Ada kenaikan prevalensi di kalangan milenial. Gaya hidup yang menjadi sorotan karena benyak milenial mengkonsumsi alkohol tinggi, merokok, konsumsi gula garam dan lemak yang tinggi, stres, dan adanya teknologi membuat mereka kurang bergerak. Dengan demikian, generasi milenial ini sangat rentan terkena hipertensi. Padahal hipertensi adalah salah sayu faktor risiko dari penyakit jantung,” ujar Ibu Esti Nurjadin, Ketua Yayasan Jantung Indonesia (YJI).

“Omron sudah menjadi strategic partne dari Yayasan Jantung Indonesia lebih dari enam tahun. Omron telah banyak membantu program-program YJI baik promotif dan preventif,” lanjut Esti.

Untuk mencegah bahaya hipertensi para milenial, disarankan untuk melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin setiap harinya. Diperlukan upaya deteksi sedini mungkin oleh masyarakat. Kesadaran untuk memerhatikan kesehatannya harus terus ditingkatkan. Hal ini karena hipertensi juga bisa menjadi pemicu penyakit bahaya berikutnya, yaitu penyakit jantung. Gaya hidup sehat harus terus ditingkatkan, terutama pada masa pandemi covid-19 seperti sekarang ini.

“Hipertensi adalah penyebab utama penyakit kardiovaskular dan kematian dini di seluruh dunia, serta menjadi salah satu dari lima besar penyakit mematikan di Indonesia. Hipertensi menjadi komorbid nomor satu pada pasien COVID-19 juga memperburuk situasinya, mengingat Indonesia memiliki prevalansi hipertensi yang cukup tinggi dan jumlah penderita tekanan darah tinggi di negara ini terus naik,” ujar Tomoaki Watanabe, Direktur Omron Healthcare Indonesia.

Tomoaki Watanabe (kiri atas), bu Esti Nurjadin (kanan atas), Dr. Badai Bhatara Tiksnadi, SpJP, FIHA (kiri bawah), Herry Hendrayadi (kanan bawah)

Omron Connect

Omron sendiri memiliki berbagai perangkat untuk melakukan pemeriksaan mandiri tekanan darah setiap hari. Salah satu contohnya adalah Omron HEM-7361T yang memiliki fitur dual check untuk dual user. Perangkat ini dapat memeriksa tekanan darah dengan sistem AFIB Screening. Bahkan, melalui aplikasi Omron Connect yang bisa diunduh di playstore atau Apple Store, pengguna bisa merekam data pengukuran untuk disimpan di aplikasi. Aplikasi ini terkoneksi dengan fitur Bluetooth di perangkat smartphone.

“Aplikasi Omron Connect merupakan aplikasi di smartphone yang membantu pengguna mengelola tekanan darah dan komposisi tubih. Omron Connect mendorong user untuk secara konsisten melakukan monitor tekanan darah melalui smartphone dan sharing data ke dokter dan keluarga,” ujar Herry Hendrayadi, Marketing Manager OMRON Healthcare Indonesia.

Dengan deteksi yang rutin, dilakukan minilam dua kali setiap harinya dengan jam yang sama, masyarakat akan mengetahui detail tekanan darahnya. Dengan begitu, jika terdapat gejala tekanan darah tinggi, mereka pun bisa mengambil tindakan cepat dengan menghubungi tenaga medis.

“Untuk pengukuran yang ideal, bagusnya dibandingkan dengan jam yang samas etiap harinya. Oleh sebab itu, akan lebih baik disiapkan dua alokasi waktu yaitu pada saat pagi dan malam hari. Kedua alokasi waktu ini dianggap yang paling mudah dilakukan,” tutup Dr. Badai.

Bagikan Berita :