Melalui #THRUntukGuru, Zenius Bantu Siswa Berikan Apresiasi Atas Perjuangan Guru

Selama pandemi Covid-19. proses belajar-mengajar tidak lagi bertatap muka. Prosesnya diganti menjadi jarak jauh melalui oneksi internet. Setelah tiga bulan berlangsung, Zenius mendapati banyak siswa ternyata merindukan interaksi langsung dengan gurunya. Kehadiran guru sebagai panutan dan pembimbing karakter memang dirindukan siswa. Namun, dalam kondisi seperti ini, sangat riskan untuk kembali ke model belajar bertatao muka. Melihat hal tersebut, Zenius mengajak para siswa untuk memberikan apresiasinya kepada guru mereka melalui program #THRUntukGuru.

“Kami melihat bahwa selama masa pembelajaran jarak jauh ini, peranan para guru tetap penting. Di saat mereka tidak dapat bertatap muka dengan para siswanya, guru dituntut untuk memberikan inovasi dan berdedikasi untuk tetap memberikan atensi yang penuh kepada siswanya meski dengan cara komunikasi yang berbeda,” ujar Amanda Witdarmono, Chief of Teachers Initiatives Zenius Education. “Kami mengadakan kontes ini dengan misi untuk memperlihatkan dan menyebarkan awareness terhadap inovasi dan dedikasi yang diberikan para guru di masa yang sulit ini, dari sudut pandang siswa mereka,” lanjut Amanda.

Salah satu cerita yang paling menarik, yang juga merupakan pemenang dari kontes yang berbasis pada media sosial ini datang dari Izzan Faruqy Azzahir, siswa kelas satu SMA/MA di Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut, Jawa Barat. Izzan membagikan kisah dari salah satu gurunya yang telah ia anggap sebagai sosok “orang tua pengganti” selama tinggal di Pesantren. Melalui postingannya di Instagram, Izzan bercerita mengenai sosok Nia Kurniawati, yang biasa dipanggil Ibu Nia, guru mata pelajaran Kimia di SMA/MA Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut.

“Jujur, sepanjang masa pandemi saya merasa sulit untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, terlebih dengan sistem pembelajaran daring yang dinilai jauh dari kata efektif. Ingin rasanya protes tentang hal ini, tetapi hal itu seolah terkubur ketika mendengar cerita salah satu guru saya, yaitu Ibu Nia. Beliau tentunya tidak akan pernah menyangka pembelajaran akan dilaksanakan secara daring. Dan ternyata itu semua terjadi sekarang sehingga mau tak mau beliau harus beradaptasi dengan realitas yang terjadi. Banyak kendala yang terjadi ketika beliau melangsungkan pembelajaran, mulai dari; koneksi internet yang tidak stabil, candaan siswa/i ketika pembelajaran berlangsung dan koneksi hati yang terbatasi. Tetapi, beliau kerjakan semua itu tanpa keluh kesah, dan tetap bertekad bulat untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan maksimal,” ujar Izzan.

Bagi Izzan, sosok guru seperti Ibu Nia memberikan pengajaran yang baik baginya dan teman-temannya dengan memberi contoh. Kesabaran dan perhatian yang Ibu Nia tunjukkan baik pada masa sebelum PSBB maupun selama proses pembelajaran jarak jauh, menarik kesadaran dari dirinya untuk lebih mau terlibat dalam proses belajar itu sendiri. “Ibu Nia telah menjadi sosok ‘Ibu’ bagi saya dan teman-teman, sebagai tempat berkeluh kesah, tidak hanya mengenai pelajaran tapi juga untuk masalah yang saya hadapi di sekolah,” ujarnya.

Guru Juga Mau Belajar dan Beradaptasi Demi Kepentingan Anak Didiknya

Nia Kurniawati telah mengajar sejak tahun 2012, bahkan saat masih berkuliah di tahun pertama Jurusan Pendidikan Kimia di UIN Bandung. Ia mengakui, bahwa sebelum memilih kampus, hatinya sudah mantap untuk menjadi guru.

“Ketika pandemi ini datang, sistem belajar-mengajar pun ikut berubah secara mendadak. Awalnya saya lumayan mengalami kesulitan untuk beradaptasi ke cara mengajar dari jarak jauh seperti ini. Terlebih, saya memiliki kurang lebih 70 siswa yang harus saya ajar setiap harinya. Jadi, saya harus membagi waktu juga untuk mengawasi anak saya yang masih balita di rumah. Karena itu terkadang saya baru bisa live streaming jam 8 atau jam 9 malam.” ungkap Ibu Nia.

Inovasi dan adaptasi menjadi kunci baginya agar dapat membangkitkan semangat dan gairah belajar anak didiknya. “Agar belajar tidak melulu menjelaskan teori dan membuat para siswa bosan, saya sebagai guru kimia berinisiatif untuk menjalankan salah satu materi praktikum berupa tutorial membuat hand sanitizer. Respon para siswa lumayan baik dan mereka sangat antusias mengikuti praktikum saya. ” ujar Ibu Nia.

Berbagai platform untuk mengajar dari rumah telah dicoba oleh Ibu Nia. Secara mandiri, ia mencari tahu bagaimana cara menggunakannya. Bukan hanya itu, Ia lalu memanfaatkan media chat group untuk memberikan tugas. Media chat juga digunakan untukmeminta anak didiknya mengerjakan dengan tulisan tangan agar tidak ada aksi saling mencontek. Selain itu, untuk menjaga semangat para siswanya, Ibu Nia juga membuat jadwal tersendiri untuk menanyakan kabar anak didiknya secara personal.

Ada Banyak Cerita Menarik

Izzan berharap, dengan mengikuti kontes #THRUntukGuru dari Zenius, Ia dapat memberikan apresiasi kepada gurunya,  Ibu Nia. Di satu sisi, inovasi dan keinginan belajar yang ditunjukkan oleh gurunya ini, membuat Ia justru bangga dan terinspirasi agar tidak mengeluh menjalani pembelajaran jarak jauh. “Saya bangga memiliki guru seperti Ibu Nia dan seluruh guru di penjuru nusantara yang berjuang di garda terdepan untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.” tambah Izzan.

Kontes yang berbasis pada media sosial ini mengundang para siswa untuk turut berpartisipasi dan menceritakan pengalaman mereka berkomunikasi dan belajar dengan para guru di saat pembelajaran jarak jauh. Peserta dapat berbagi cerita melalui postingan foto dan teks di akun media sosial. Pilihan bisa ada di Instagram, Twitter, atau Facebook dan menyertakan tagar #ZeniusIniGuruku dan diakhiri oleh #THRuntukGuru. Cerita yang dicari adalah pengalaman paling menarik guru mereka dalam mengajar jarak jauh. Kontes ini telah diadakan mulai 14 Mei hingga 25 Mei 2020. Ada 104 cerita telah masuk dari seluruh siswa di berbagai penjuru nusantara. Guru dari tiga cerita paling inspiratif ini, masing-masing mendapatkan uang tunai sebesar 5 juta rupiah. Sementara bagi siswa pengirim cerita mendapatkan uang tunai senilai 1,5 juta, 1 juta, dan 500 ribu rupiah dan merchandise Zenius.

Bagikan Berita :